3.1.a.7. Demontrasi Kontekstual -Pengambilan Keputusan sebagai Pemimpin Pembelajaran
By: Rosa Fitriani R, S.Pd
Salam Sehat dan Bahagia
“Menurut Ki Hadjar Dewantara Pendidikan
yaitu tuntunan didalam hidup tumbuhnya anak-anak. Adapun maksudnya pendidikan
adalah menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak, agar mereka
sebagai manusia dan anggota masyarakat dapatlah mencapai keselamatan dan
kebahagiaan yang setinggi-tingginya”.
Pada program guru penggerak ini, kami telah dibimbing, di berikan motivasi dan arahan bagaimana kata “menuntun” tersebut dapat kami terapkan di sekolah masing-masing. Program ini juga telah membuka cakrawala diri saya bagaimana membuat proses pembelajaran yang berpihak kepada murid, kreatif, efektif, inovatif, dan tentunya guru tersebut dirindukan oleh murid. Senada dengan Asep (Sapa’at, 2012) guru adalah sosok yang mampu membangkitkan keberanian siswa-siswanya untuk bermimpi, mimpi menjadi manusia seutuhnya, unik, otentik dan paham mengapa mereka harus punya mimpi.
Tulisan ini akan membahas bagaimana mengambil keputusan berdasarkan pengetahuan yang telah saya pelajari yakni tentang keempat paradigma dilema etika, ketiga prinsip dilema etika, dan 9 langkah pengujian keputusan.
Dari pengalaman kita bekerja kita pada
institusi pendidikan, kita telah mengetahui bahwa dilema etika adalah hal berat
yang harus dihadapi dari waktu ke waktu. Ketika kita menghadapi situasi dilema
etika, akan ada nilai-nilai kebajikan mendasari yang bertentangan seperti cinta
dan kasih sayang, kebenaran, keadilan, kebebasan, persatuan, toleransi,
tanggung jawab dan penghargaan akan hidup.
Di samping itu kita harus menyadari pula bahwa tidak ada aturan baku yang berlaku untuk memutuskan situasi dilema etika karena hal ini sifatnya relative dan bergantung pada situasi dan kondisi yang terjadi pada saat kejadian. Artinya adalah hal ini dapat dimaknai bahwa terkadang adalah hal yang benar untuk memegang aturan demi suatu keadilan, akan tetapi terkadang membuat pengecualian juga merupakan tindakan yang benar pula.
Demikian pula sebaliknya ketika dihadapkan dengan situasi bujukan moral (Benar Versus Salah), bahwa dalam melakukan hal yang salah walaupun untuk alasan yang baik tetap saja salah. Contohnya menyontek. Walaupun tujuannya untuk mendapatkan nilai yang baik yang tentunya juga merupakan hal yang baik, tetap saja salah. Kemudian berbohong yang merupakan sebuah tindakan yang salah. Walaupun tujuannya untuk kebaikan tetap saja salah.
Untuk itu sebelum melakukan aktivitas pengambilan keputusan pada situasi yang terjadi dalam dilema etika, ada 4 kategori paradigma pengambilan keputusan yang harus kita cermati yaitu:
1. Individu
lawan masyarakat (individual vs community)
2. Rasa
keadilan lawan rasa kasihan (justice vs mercy)
3. Kebenaran
lawan kesetiaan (truth vs loyalty)
4. Jangka pendek lawan jangka panjang (short term vs long term)
Kemudian, ada tiga prinsip dilema etika dalam pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran, yaitu:
1. Berpikir Berbasis Hasil Akhir (Ends-Based Thinking)
2. Berpikir Berbasis Peraturan (Rule-Based Thinking)
3. Berpikir Berbasis Rasa Peduli (Care-Based Thinking)
Setelah kita mengidentifikasi etika apa yang terdapat dalam masalah yang kita hadapi maka sebuah keputusan yang baik tentu memiliki langkah-langkah yang harus dijalani. Langkah-langkah dalam mengambil keputusan tersebut yaitu:
- Mengenali bahwa ada nilai-nilai yang saling bertentangan dalam situasi ini.
- Menentukan siapa yang terlibat dalam situasi ini.
- Kumpulkan fakta-fakta yang relevan dengan situasi ini.
- Pengujian benar atau salah (Uji Legal, Uji Regulasi/Standar Profesi, Uji Intuisi, Uji Halaman Depan Koran, dan Uji Panutan/Idola.
- Pengujian Paradigma Benar lawan Benar.
- Melakukan prinsip resolusi.
- Investigasi opsi trilema.
- Buat keputusan.
- Lihat lagi keputusan dan refleksikan.
Berikut jawaban saya dari pertanyaan-pertanyaan yang ada pada LMS:
1. Bagaimana cara saya untuk mentransfer dan menerapkan pengetahuan yang didapatkan di program guru penggerak ini di sekolah/lingkungan asal mereka?
Pertama, saya akan melakukan sosialisasi dengan guru-guru yang ada di sekolah saya terutama kepada wali kelas. Mengapa wali kelas? Karena wali kelas merupakan garda terdepan disebuah sekolah dan mereka juga yang akan menghadapi berbagai masalah dikelas.
Berhubung disekolah saya jadwal belajarnya full day, artinya guru mengajar dari pukul 08.00 sampai pukul 16.30 WIB, ini membuat saya sedikit sulit dalam merancang pertemuan tatap muka dengan guru-guru. Oleh karena itu, saya akan melaksanakan sosialisasi secara daring. Saya akan memberikan penjelasan mengenai materi pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran secara dari melalui aplikasi whatsap, google meet atau zoom.
Kemudian saya akan mengajak guru untuk berdiskusi misalnya bertanya tentang masalah apa yang mereka hadapi dikelas kemudian menjelaskan cara pengambilan keputusan berdasarkan ilmu yang saya dapatkan pada modul 3 ini.
2.Apa langkah-langkah awal yang akan Anda lakukan untuk memulai mengambil keputusan berdasarkan pemimpin pembelajaran?
- Pertama, saya akan membedakan dulu masalah yang ada, apakah tergolong ke dalam dilema etika atau bujukan moral.
- Kedua, saya akan melakukan pengambilan keputusan berdasarkan 3 hal yaitu berfikir berbasis hasil, berfikir berbasis rasa peduli dan berfikir berbasis peraturan.
- Ketiga, saya akan memilih paradigma apa yang ada pada masalah tersebut.
- Lalu saya mencoba memasukkan ke dalam 9 langkah pengambilan keputusan, dan yang terakhir sampai pada pengambilan keputusan.
3. Mulai kapan Anda akan menerapkan langkah-langkah tersebut, hari ini, besok, minggu depan, hari apa? Catat rencana Anda, sehingga Anda tidak lupa.
Di Kabupaten Pidie, satu minggu ini (5-9 April 2021) merupakan jadwal UAS untuk murid kelas IX. Minggu berikutnya disini telah memasuki libur bulan puasa (Ramadhan). Artinya, saya tidak punya waktu lagi untuk memulainya sekarang karena waktu yang sangat singkat.
Namun, saya merencanakan akan memulainya dalam minggu kedua dibulan Ramadhan (mulai 22 April 2021), saya akan berbagi ilmu kepada guru-guru secara daring.
Kemudian, hal yang paling saya tunggu-tunggu yaitu ketika sekolah aktif kembali usai hari raya Idul Fitri (bulan Mei), saya juga
berencana membagikan materi pengambilan keputusan ini kepada anggota komunitas
MGMP yang saya ampu. Sebagai ketua forum, saya berkeinginan sekali berkolaborasi hal-hal baru ini dengan komunitas yang lebih besar seperti forum MGMP. Karena, di dalam komunitas tersebut terdiri dari guru-guru berbagai sekolah di Rayon I Kabupaten Pidie. Yang mana harapan saya, ilmu baru tersebut tidak berhenti pada mereka, melainkan akan mereka lanjutkan pada teman-teman disekolahnya (KOMUNITAS PRAKTISI).
4. Siapa yang akan menjadi pendamping Anda, dalam menjalankan pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran? Seseorang yang akan menjadi teman diskusi Anda untuk menentukan apakah langkah-langkah yang Anda ambil telah tepat dan efektif.
- Dalam kegiatan ini, saya tentu saja akan meminta izin terlebih dahulu pada kepala sekolah saya (Bapak Drs. Armiya) sebagai pemegang hak sepenuhnya disekolah. Kemudian saya akan meminta bimbingan dan arahan dari beliau mengenai hal ini.
- Setelah itu, saya juga akan meminta arahan dari pendamping saya dalam program guru penggerak ini (Ibu Hasnidar, ST). Beliau merupakan teman yang paling tepat untuk saya bertanya hal apapun mengenai kegiatan dalam program ini. Sayapun berharap kami dapat menentukan langkah-langkah yang tepat dan efektif dalam menjalankan rencana ini.
Komentar
Posting Komentar