Nama Ki Hajar Dewantara pastinya sudah tidak begitu asing lagi di telinga kita, karena sejak zaman Sekolah Dasar pastinya ia sudah diperkenalkan sebagai salah satu pahlawan nasional Indonesia. Bahkan ulasan seputar biografi Ki Hajar Dewantara ini sendiri juga ada dimana-mana, dimuat didalam buku-buku, artikel, dan juga internet. Banyak yang membahas biografi Ki Hajar Dewantara tersebut. Ia termasuk salah satu pahlawan nasional yang memiliki kontribusi sangat penting di dalam pendidikan masyarakat pribumi pada masa Penjajahan Kolonial Belanda. Bahkan wajah beliau sendiri juga pernah ditempatkan dalam uang kertas pecahan 20 ribu rupiah keluaran tahun 1998, sehingga pastinya banyak yang sudah tidak asing dengan wajahnya.
Namun untuk ulasan seputar kontribusi beliau dibidang pendidikan mungkin belum banyak yang tahu, sehingga beliau dijuluki sebagai 'Bapak Pendidikan Indonesia'. Berikut ini adalah beberapa penjelasan mengenai hal tersebut.
Menurut saya intisari pemikiran Ki Hajar Dewantara tentang pendidikan adalah suatu proses dimana para peserta didik dinilai memiliki potensinya masing-masing tanpa bisa dipaksakan dengan menggunakan proses pendidkan apapun. Pendidikan seharusnya membuka kesempatan bagi setiap individu untuk menunjukkan bakat dan minatnya serta memperoleh arahan guna mencapai tingkatan yang lebih baik dalam bidangnya masing-masing. Pendidikan juga harus seimbang, tidak boleh ada proses pemaksaan terhadap individu pembelajar mengenai keampuan yang dia miliki. Karena setiap individu pembelajar adalah sosok yang memiliki keunikan tersendiri. Proses pembelajaran yang seimbang, berpusat pada siswa merupakan proses pendidikan yang mencerminkan pemikiran Ki Hajar Dewantara.
Adapun semboyan dari KHD sendiri yaitu:
Ing Ngarso Sung Tulodo
Ing Madyo Mangun Karso
Tut Wuri Handayani
Arti dari ketiga semboyan diatas adalah Guru didepan sebagai contoh, ditengah sebagai pemberi semangat, dan dibelakang sebagai pemberi dorongan.Yang tentunya dalam perwujudannya kita harus mengedepankan pendidikan yang mengusung Budi Pekerti untuk keseimbangan cipta, rasa, karsa serta semangat dalam proses pendidikan bagi anak bangsa.
Didalam tulisan ini saya akan menjabarkan jawaban saya mengenai tiga pertanyaan yang ada di Modul 1.1..a.9. Koneksi Antar Materi, (Calon Guru Penggerak) yakni:
Sebelum saya mempelajari modul 1.1, saya percaya bahwa pembelajaran yang saya lakukan merupakan hal yang tepat dan siswa harus mengikuti segala kegiatan yang sudah saya rancang dalam setiap pertemuan.
Banyak pengetahuan baru yang saya dapatkan setelah membaca Modul 1.1. Pemikiran mengenai proses belajar yang lebih merupakan tuntunan serta pembelajaran yang menghamba pada murid merubah pemikiran saya mengenai murid yang sebelumnya hanya saya anggap sebagai objek pembelajaran. Setelah membaca modul, saya mulai berubah pikiran mengenai proses pembelajaran. Saya mulai berfikir mengimplementasikan PBM yang lebih memberikan keleluasaan pada anak untuk meraih yang diinginkannya.
Yang segera akan saya lakukan dikelas saya untuk mencerminkan pemikiran KHD yaitu saya akan menerapkan konsep Merdeka Belajar. Belajar tanpa memaksa anak akan segera saya terapkan. Dengan kembali melakukan pengenalan terhadap hal-hal yang menjadi ketertarikan dari setiap anak dan menjadikannya sebagai daya tarik bagi peserta didik. Sesuai tujuan pendidikan dari KHD:
Menuntun segala kodrat yang ada pada anak-anak, agar mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya sebagai manusia maupun anggota masyarakat.
Penulis : Rosa Fitriani R, S. Pd
Komentar
Posting Komentar